PENDAYAGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN

I. Pendahuluan

Pembangunan dewasa ini bergerak ke arah pengutamaan sumber daya manusia (SDM), di mana sektor pendidikan elah meletakkan tekanannya pada peningkatan kualitas pendidikan. Landasan tersebut sangat relevan untuk menjawab tantangan pembangunan yang semakin meningkat, yang mempersyaratkan tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualiatas untuk menjawab tantangan tersebut.
Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa alumni pendidikan menjadi bingung tentang apa yang harus dilakukan, karena sulitnya mendapat pekerjaan maupun karena merasa belum siap untuk menghadapi tugas.
Tentang kulitas pendidikan sering orang hanya melihat kualitas hasil yang nota bene terbaca dalam bentuk skor ujian nasional ataupun ujian sekolah dan kurang peduli pada kualitas prosesnya yaitu bagaimana skor tersebut diperoleh. Padahal justru kualitas proses itulah menjadi prakondisi bagi tercapainya hasil yang berkualitas itu, sedangkan kualitas proses tergantung pada kualitas kompnen pendidikan dan pengelolaannya.
Di dalam hubungan ini media pendidikan sebagai sebuah komponen sistem pendidikan beserta pengelolaannya memegang peranan penting dalam meningkatkan proses pembelajaran, utamanya dalam rangka menciptakan masyarakat gemar belajar (learning society). Sejarah kemajuan bangsa telah menunjukkan bukti-bukti bahwa bangsa yang benar belajar dapatmaju secara spektakuler. Kegemaran belajar harus ditumbuhkembangkan pada anak sejak dini.
Tetapi bagaimana media pembelajaran itu didayagunakan ?, sangat tergantung kepada para pelaksana pendidikan khususnya guru selaku aktor utama di dalam proses belajar mengajar (PBM). Pertanyaan yang perlu dijawab, yaitu sudahkah kita memberikan perhatian yang cukup pada pendayagunaan media/sumber belajar ?.
Sajian ini bermaksud untuk menggalang kesatuan bahasa dan mengajak para pelaksana pendidikan untuk bersama-sama memikirkan, menggugah semangat diri dan kepedulian terhadap liku-liku media dan penggunaanya dan konteks kondisi lingkungan yang ada, tanpa mengabaikan antisipasi masa depan dunia pembelajaran, sebab sesungguhnya kita tidak pernah berada di dalam sebuah vacum. Kekinin kita selalu berada di antara nuansa pengalaman masa lalu dan pemahaman kita tentang masa depan.

II. Perlunya Menggalang kesatuan Bahasa
Sebelum membahas peranan guru dalam mendesain media, dipandang perlu untuk lebih dahulu mengusahakan adanya kesatuan bahasa dikalangan pembina dan pelaksana pendidikan. Langkah yang terpenting mengingat:
1. Demikian luasnya cakupan media, dilihat dari segi wujud dan fungsinya secara aktual.
2. Ramuan aspek yang dikandungnya (Hard Software).
3. Dalam derap perkembangannya, media mengalami pergeseran, fungsi dan makna, dan otomatis juga namanya mengalami perubahan.
4. Bervariasinya macam tenaga kependidikan (pembina, kepsek, guru, dan lain-lain) yang kesemuanya terlibat dalam kegiatan pengadaan media.
5. Kesatuan bahasa itu diperlukan demi terjadinya kesatuan gerak dalam upaya pendayagunaan media.

Selanjutnya uraian berikut ini bermaksud memberikan gambaran tentang apa yang dimaksud dengan media pembelajaran itu. Secara umum media pembelajaran itu diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan dalam proses beljar mengajar (PBM) untuk menyalurkan pesan yang dapat membangkitkan minat, perhtian dan kemauan mengarahkan pikiran serta memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang optimal.
Dalambentuk aktualnya edia mencakup rentangan yang sangat luas dari yang sangat sederhana/konvensional seperti papan tulis sampai dengan Teleboard (papan tulis jarak jauh) dari yang tersedia dan tinggal pakai seperti batu-batuan sampai kepada yang harus dirancang secara terpadu dan canggih seperti Inter Active Video (IAV), sedangkan di antara kedua kutub ekstrim itu terdapat beraneka ragam media baik yang berbentuk grafis maupun non grafis, dua ataupun tiga dimensi, proyeksi diam atau bergerak, benda asli maupun tiruan.
Dilhat dari segi perkembangannya dala praktek pembelajaran lazim dikenal alat peraga (AVA), media dan sumber belajar yang sering membingungkan. Betapa tidak, sebab meskipun ada perbedaan namun terdapat nuansa di antara ketiganya terletak berderet dalam satu garis kontinum perkembangan.
Denis Pett dan Scott Grabinger di dalam instructional Technologi, Past Present and Future, 1991 (hal. 276-284) berupaya memilih tiga istilah tersebut antara dua variabel dan seterusnya.
Disini guru masih berperan aktif sebagai pendamping media. Pada taraf ini penggunaan media tidak hanya sekedar menunjukkan sesuatu tetapi sudah menuntut kemampuan penlran yang lebih tinggi dari siswa seperti melihat urutan, hubungan, membanding, menjodohkan dan seterusnya. Perkembangan tahap kedua ini ditopang oleh ilmu komunikasi.
Jika pada media (taha kedua perkembangan media) guru masih berperan aktif di samping media dalam mengkomunikasikan pesan kepada siswa, maka perkembangannya lebih lanjut fungsi komunikasi bergeser kepada keterlibatan langsung dan interaksi antara siswa dengan media (yang dalam hal ini disebut sumber belajar) dengan atau tanpa di dampingi oleh guru.
Siswa melibatkan diri secara langsung kepada atau berinteraksi engan sumber belajar untuk mengkaji pesan-pesan yang terkandung didalamnya, misalnya buku modul, klipping dari surat kabar dan majalah, labah-labah yang membuat sarang dan lain-lain. Media ini yang disebut sumber belajar tekanannya pada keterlibatan langsung dan interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Perkembangan media ke arah sumber belajar ini, dimungkinkan berkat kemjuan di bidang teknilogi penulisan dan teknologi percetakan di samping teknologi pembelajaran pada umumnya.
Sebagai contoh dikemukakan diproduksinya Inter Active Video (IAV) dewasa ini dapat dipandang sebagai puncak penemuan media pengajaran saat ini merupakan sumber belajar. Dengan menggunakan media ini, siswa dapat secara langsung berinteraksi dengan program pembelajaran yang merupakan perpaduan teks gambar dan bunyi yang dirakit melalui kerjasama yang terpadu antara programer, subject specialis dengan mendayagunakan komputer dan video. Tentu saja media versi ketiga ini, memiliki keunggulan dibanding dengan guru sebagai sumber belajar , karena media tersebut dibuat oleh kumpulan ahli yang ditunjang dengan berbagai sarana terpadu. Kendati demikian sumber belajar alami yang bersifat usable atau tersedia dan tinggal pakai sama sekali tidak boleh diabaikan seperti tanaman kelapa, lebah madu dan sebagainya. Bukankah alam ni merupakan buku besar yang kaya akan informasi kata.
Perkembangan media sehingga mencapai status sebgai sumber belajar, ditunjang oleh ilmu management khususnya psikologi karya yang mendudukkan manusia sebagai pribadi yand otonom pada posisi yang lebih tinggi dari statusnya sebagai manusia pekerja/alat produksi. Dalam unia pembelajaran siswa harus dipandang sebagai pribadi yang memiliki dorongan atau kemampuan.
Berkarya menemukan sesuatu dari berbagai sumber belajar, sehingga tidak harus selalu didampingi atau disuapi. Pendekatan sistem (system aproach) juga sangat mewarni kelahiran sumber belajar yang didalamnnya memuat paduan dari berbagai aspek/komponen.
Tinjauan sumber belajar sebagai media yang sistematik (menghimpun banyak aspek yang terpadu), ini semakin mendapat kedudukan penting dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) karena beberapa alasan, yaitu :
1. Sumber belajar memiliki beberapa kelebihan ketimbang guru sebagai sumber belajar tunggal karena sumber belajar lebih bervariasi, mungkin lebih lengkap dan sarat isi lagi sesuai masa.
2. Dapat menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri pada siswa dan merints jalan bagi terwujudnya masyarakat gemar belajar (learning society).
3. Memberikan kedudukan dan kepercayaan yang lebih wajar kepada siswa sebagai pribadi yang otonom.
4. Semakin meningkatnya kepercayaan terhadap keunggulan system approach dan system analysis sebagai alat untuk mencegah masalah dalam dunia dewassa ini.

III. Peranan Guru dan Media Pembelajaran
Jika Socrtes sebagai fisuf mengajar rakyat yunani dengan materi yang besumber dari hasil pikirannya sendiri, dengan cara mengumpulkan pemuda dan penduduk yang kebetulan dijumpai dalam perjalanan, itu memang sesuai dengan zamannya. Demikian juga orang tua mengajar anaknya zaman sebelum ada sekolah, yang hanya berdasar pada khasana pengetahuan dan pengalamannya yang serba terbatas, untuk menyongsong kehidupan yang msih sederhana.
Setelah sekolah hadir di tengah-tengah kehidupan kita sebagai lembaga pendidikan dan guru sebagai akto utamanya, guru menggantikan sebagian peran orang tua dalam membekali anak. Dalam era perkembangan ini guru merupakan satu-satunya sumber belajar dan lazimnya bertindak otoriter.
Pada peride berikutnya sekolah sudah memiliki media, tetapi apa yang terjadi? Banyak diantaranya yang menjadikan media tersebut hanya sebagai pajangan. Sekarang, anggapan bahwa guru sebagai orng yang maha tahu dan menjadi gudang ilmu pengetahuan dan oleh karena itu menjadi pusat bertanya serta sebagai satu-satunya sumber belajar, sudah harus ditinggalakan.
Dalam era revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, tugas guru sebagai pemberi ilmu sudah harus bergeser kepada peran baru yang sesuai, sebab hanya merupakan ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru sebagai siswanya selama setahun (jika guru kelas) atau dalam waktu semester (jika ia guru bidang studi) sementara diluar dan perkembanangan iptek sendiri menggunung dan banyak berubah. Dalam kondisi demikian siswa harus sibuk menyiapkan diri sambil megharapkan bantuan dari guru guna menyongsong dan memasuki dunianya. Guru tidak lagi berbuat dan memang tidak akan mentransfer pikiran dan pengalamannyasaja karena ia diikat oleh ketentuan kurikulum. Lagi pula siswa yang harus dilayani jumlahnya sangat banyak. Dalam kondisi yang mengikat ini yang lazim terjadi ialah guru mengutamakan pencapaian target kurikulum (tujuan materi) dan mengabaikan kualitas pemrosesannya (tujuan siswa), sehingga siswa tidak memperoleh pengalaman belajar yang semestinya.
Tanpa sadar cenderung ke arah sikap otoriter, interaksi edukatif yang tegar dan sisi lain proses belajar mengajar berlangsung dalam belenggu didinding skolah tanpa komunikasi terbuka dengan lingkungan dan masyarakat untuk memanfaatkan media/sumber belajar yang tersedia. Padahal mendayagunakan media/sumber belajar yang sangat banyak aneka ragamnya, cetak dan non cetak yang direkayasa maupun yang bersifat alami, merupakan jalan pintas yang efektif untuk memperoleh dan menguasai imu pengetahuan dan teknologi yang menggunung. Persolannya tinggal terletak pada bagaimana cara mendisainnya untuk keperluan pembelajaran. Di sinilsh makna peranan guru sebagai desainer proses belajar mengajar.

III. Kurikulum dan Media
Telah dikemukakan bahwa ruang gerak guru dipedomani oleh kurikulum, karena kurikulum disusun sedemikian rua shingga menampung dua macam tujuan sekaligus yaitu melayani kebutuhan siswa di satu sisi, pada sisi yag lain melayani kebutuhan masyarakat. Dalam mendayagunakan sumber/media, kurikulum perlu dianalisis. Kurikulum dilihat secara terpadu (integrated), yaitu :
1. Aspek materi/subjek yang perlu dipelajari.
2. Aspek tujuan, yaitu pemahaman/penguasaan pesan yang terkandung didalam materi
3. Aspek pengalaman belajar, yaitu apa yang harus dilakukan oleh siswa untuk menguasai penguasaan tersebut
Aspek pertama dan kedua lazimnya sudah ditentukan dalam Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), sedangakan aspek yang ketiga masih perlu dipirkan lebih jauh oleh guru. Justru yang ketiga inilah yang mengandung peluang besar untuk terwujudnya pembelajaran yang akif, jika penggunaan media/sumber belajar itu dirancang dengan baik.
Sebagai contoh jika seorang guru ingin menyajikan sebuah pesan yang terkandung di dalam istilah “prustasi” pesan tersebut dapat dibungkus dengan berbagai simbol : simbol verbal lisan, verbal tulissan, piktorial dan gerak ataupun gabungan dari beberapa simbol tersebut.
Untuk mengangkut simbol verbal lisan, medianya adalah bahasa guru ataupun kaset rekaman; simbol verbal tulisan medianya surat, teks, guntingan, surat kabar, ;simbol piktorial medianya gambar ilustrasi, foto;simbol gerak medianya mimik dan pantomim mimik dan seterusnya.
Contoh diatas menunjukkan beberapa hal yaitu :
1. Ada unsur keterkaitan antara komponen materi, tujuan, pengalaman, belajar, media dan metode, adanya keterpaduan antara komponen itu penting karena media itu hanya sebuah komponen dari sekian banyak komponen yang lain dari sistem intruksional. Selaku sebuah komponen hanya jelas fungsinya kalau terstruktur di dalam sistemnya. Karena itu tidak benar jika media diadakan hanya mengada-ada ataupun hanya sekedar hiburan /selingan.
2. Betapa banyaknya alternatif media yang dapat digunakan untuk menghantar dan menguasai pesan yang terkandung di dalam suatu materi. Untuk mengangkut sebuah sistem lambang yang membungkus pesan dapat digunakan berbagai macam media.
3. peluang cukup besar untuk memilihnya jika guru belum sanggup atau sulit untuk membuatnya, mka ia dapat menggunakan media yang telah tersedia dan tinggal dipakai
Dalam soal memilih media ini M.C. Connel (1974) menyatakan “If the medium fits used it” pernyataan ini mengndung beberapa makna yang dapat dijadikan petunjuk, yaitu :
a. pemilihan media sangat fleksibel karena jenisnya bervariasi
b. situasi dan kondisi lingkungan merupakan faktor penting untuk dijadikan pangkal otak pemilihan.
c. Kriteria kesempurnaan media cukup banyak tetapi perlu diingat bahwa tidak ada barang yang sempurna di dunia ini (jika tidak ada rotan akarpun jadi, asal jangan sembarang akar)

IV. Kualitas Komunikasi sebagai Acuan Media
Proses berkomunikasi antara guru dengan siswa adalah wujud dari proses belajar mengajar. Otomatis kualitas berkomunikasi sangat ikut menentukan kualitas proses beljar mengajar dan hasilnya, pertanyaan yang timbul, berkomunikasi yang bagaimana dikatakan berkualitas?. Yang menjadi kriteria terakhir adalah jelas dan tepatnya pesan yang diterima oleh siswa dan respon pesan dari siswa yang diterima oleh guru, termasuk lancarnya berkomunikaasi itu sendiri. Kmunikasi yang tidak lancar yang sering menimbulkan communicatio gap (ketimpangan komunikasi) dan misundastanding (kesalah pahaman). Sesuatu yang menimbulkan akibat yang sangat fatal jika terjadi di dalam peperangan; di dalam proses belajar mengajar tujuan tidak tercapai.
Tanpa mengabaikan persyaratan-persyaratan lain untuk berlangsungnya komunikasi yang berkualits seperti persyaratan psikolgis dn lain-lain. Dapat dipastikan bahwa media/sumber sangat ikut menentukan kualitas komunikasi dalam proses belajar mengajar. Hal ini akan terlihat dari fungsi yang beraneka ragam yang dapat dierankan oeh media sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar seperti menyederhanakan yang kmpleks, memfokuskan perhatian, mendorong dan mengarahkan berfikir, melayani siswa secara individu/kekompakan dan seterusnya.
Pada hakikatanya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi adalah proses pengoperan lamban-lambang yang bermakna antara individu. Lmbang-lambang (signal) yang dimaksud dapat berbentuk lambang yang didengar sperti bunyi, atau berbentuk lambang-lambang yang dapat dilihat seperti gambar-gambar, huruf, sketsa dan lain-lain. Proses kemungkinan, yakni (1) komunikasi searah, (2) komunikasi dua arah, (3) komunikasi multi arah. Tentunya komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi multi arah. Komunikasi multi arah adalah komunikasi yang terjadi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan sebaliknya.
Seorang guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi yang tidak selalu dapat berjalan dengan lancar, bahkan proses komunikasi yang kurang baik dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian, bahkan mungkin menimbulkan salah konsep. Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya salah komunikasi maka harus digunakan media.
Untuk mengoptimalkan pencapaian sutu kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain bahwa media pembelajaran segala sesuatu yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingg tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sedangkan alat peraga adalah alat pembelajaran yang dapat langsung mempermudah peserta didikterhadap konsep tertentu. Jadi alat peraga adalah bagian dari media, tetapi tidak semua media adalah alat peraga. Pengalaman yang konkrit perlu untuk mampu berfikir pada tingkat yang abstrak. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman harus disusun menjadi pola baru, maka salah satu jembatannya agar siswa mampu berfikir abstrak adalah media pembelajaran. Papan sederhana ini memerlukan pengembanagan lebih lanjut, sehingga bisa menjadi pedoman dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

V. Kesimpulan
1. Media pembelajaran mempunyai peranan dalam peningkatan kualitas siswa pendidikan.
2. Media yang dibuat guru hendaknya disesuaikan dengan materi, digunakan pada setiap pembelajaran, dan bukan sebagai pajangan biasa yang memenuhi runag kelas.
3. Guru dalam kedudukannya sebagai pendidik, ia merupakan figur pribadi, merupakan contoh teladan yang patut ditiru anak didiknya, tetapi hal ini tidaklah berarti bahwa guru itu adalah manusia super
4. Pada hakikatnya prose belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang bermakna antara individu. Lambang-lambang (signal) yang imaksud dapat berbentuk lambang yang didengar seperti bunyi, atau berbentuk lambang-lambang yang dapat dilihat seperti gambar-gambar, huruf, sketsa dan lain-lain (media pembelajaran).


DAFTAR PUSTAKA

Kartawidjaja Eddy Soewardi. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar. IKIP Bandung. Sinar Baru Bandung.
Latunreng Hamid. Motivasi Belajar Sebagai Strategi Belajar Mengajar Untuk Meningkatkan Keberhasilan Siswa. FKIS-IKIP Ujungpandang.
Mustaring Hasnita. Februari 2003. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Inpres 2 Malengkeri Makassar Melalui Pemberian Tugas Setiap Akhir Pembelajaran Disertai Umpan Balik. Skripsi. Universitas Negeri Makassar.
Poerwadarminta. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana Nana. Desember 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya-Bandung.
Wasito Woko. 1972. Kamus Bahasa Indonesia. Bandung: Shinta Dharma.









1 komentar to "PENDAYAGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN"

Posting Komentar

my photo

my photo

Cari Blog Ini

Selamat datang di CHUMMANK BLOG

Blog ini dapat menjadi solusi konkrit bagi anda semua, utamanya sebagai bahan referensi

PROPILKU

makassar, sulawesi selatan

Pengikut

Label

Blog Archive

Web hosting for webmasters