PENDEKATAN PEMBELAJARAN PERSONAL

A. Pendahuluan
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik
.
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa dengan pendekatan yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar.


B. Perkembangan Konsep Pembelajaran
Pandangan mengenai konsep pengajaran terus-menerus menga¬lami perubahan dan perkembangan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi pendidikan. Tanda-tanda perkembangan tersebut dapat kita amati berdasarkan pengertian-pengertian yang disajikan pada uraian di bawah ini.
1. Pengajaran sama artinya dengan kegiatan mengajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Dalam konsep ini, guru bertindak dan berperan aktif, bahkan sangat menonjol dan bersifat menentukan segala¬nya. Pengajaran sama artinya dengan perbuatan mengajar.
2. Pengajaran merupakan interaksi mengajar dan belajar. Pengajar¬an berlangsung sebagai suatu proses saling pengaruh-mem-pengaruhi dalam bentuk hubungan interaksi antara guru dan siswa. Guru bertindak sebagai pengajar, sedangkan siswa ber-peran sebagai yang melakukan perbuatan belajar. Guru dan siswa menunjukkan keaktifan yang seimbang sekalipun peranannya berbeda namun terkait satu dengan yang lainnya. Proses pengajaran berlangsung dalam situasi tertentu yakni situasi belajar mengajar. Dalam situasi itu terdapat faktor-faktor yang saling berhubungan, yakni : tujuan mengajar, siswa yang belajar, guru yang mengajar, bahan yang diajarkan, metode mengajar, alat bantu mengajar, prosedur penilaian, dan situasi pengajaran. Dalam proses pengajaran tersebut, semua faktor bergerak secara dinamis dalam suatu rangkaian yang terarah da¬lam rangka membawa para siswa/peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Pengajaran merupakan suatu pola yang di dalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan dan ter¬arah serta bertujuan.
3. Pengajaran sebagai suatu sistem. Pengertian pengajaran pada hakikatnya lebih luas dan bukan hanya sebagai suatu proses atau prosedur belaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung dan dilandasi oleh berbagai dimensi, yakni : (1). Profesi guru, (2). Perkembangan dan pertumbuhan siswa/peserta didik, (3). Tujuan pendidikan dan pengajaran, (4). Program pendidikan dan kurikulum, (5). Perencanaan pengajaran, (6). Strategi belajar mengajar, (7). Media pengajaran, (8). Bimbingan belajar, (9). Hubungan antara sekolah dan masyarakat, (10). Manajemen pendidikan/kelas.
Dengan memperhatikan dimensi-dimensi tersebut, maka konsep sistem pengajaran memiliki ruang lingkup kajian yang sangat luas, sehingga cenderung dikategorikan sebagai suatu cabang keilmuan tersendiri.

C. Pendekatan Sistem Pembelajaran
Pendekatan sistem pada mulanya digunakan di bidang engineering, untuk merancang sistem-sistem elektronik, mekanik dan militer. Ke¬mudian pendekatan sistem melibatkan sistem manusia mesin, dan se¬lanjutnya dilaksanakan dalam bidang keorganisasian dan manajemen. Pada akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960-an mulai diterapkan dalam bidang pendidikan dan pelatihan.
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam pembelajaran bukan saja sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga sesuai dengan perkembangan dalam psikologi belajar sis¬temik, yang dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi behavioristik dan humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri.
Aspek-aspek pendekatan sistem pembelajaran. Yang meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Aspek filosofis ialah pandangan hidup yang melandasi sikap si perancang, sistem yang terarah pada kenyataan, sedangkan aspek proses ialah suatu proses dan suatu perangkat alat konseptual.
Inti dari suatu sistem filosofis ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan saling bergan¬tungan satu dengan yang lainnya. Karena itu, untuk mengenal dan memahami suatu sistem perlu dikenali dan dipahami semua komponen yang terkandung di dalamnya. Perubahan suatu sistem harus dilihat dari perubahan komponen-komponen tersebut. Sistem filosofis cenderung untuk mengkondisi pendekatan tertentu terhadap masalah dengan cara membentuk sikap dan persepsi tertentu. Sikap dalam hal ini merupakan sensitifitas terhadap hakikat sistemik dan terhadap variabel-variabel dalam sistem yang saling berinteraksi itu, berdasarkan kenyataan. Itu sebabnya, si perancang sistem harus bersikap pragmatis yang senan¬tiasa tanggap terhadap kenyataan sesungguhnya.
Suatu perangkat alat atau teknik dalam pendekatan sistem, ialah berupa kemampuan-kemampuan merumuskan tujuan secara opera¬sional, mengembangkan deskripsi tugas-tugas secara lengkap dan akurat, dan melaksanakan analisis tugas-tugas. Analisis tugas dianggap lebih penting, karena bertalian dengan keterlaksanaan prinsip-prinsip belajar dalam rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan/ hasil pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Implikasi dari aspek ini, guru dituntut untuk menyediakan kondisi-kondisi belajar bagi siswa, sehingga pembelajaran itu menjadi efektif.
Ciri-ciri pendekatan sistem pembelajaran. Ada dua ciri utama pendekatan sistem pembelajaran, yakni (1). Pendekatan sistem sebagai suatu pandangan tertentu mengenai proses pembelajaran di mana ber¬langsung kegiatan belajar mengajar, terjadinya interaksi antara siswa dan guru, dan memberikan kemudahan bagi siswa untuk belajar secara efektif, (2). Penggunaan metodologi untuk merancang sistem pem¬belajaran, yang meliputi prosedur perencanaan, perancangan, pelak¬sanaan, dan penilaian keseluruhan proses pembelajaran, yang tertuju ke pencapaian tujuan pembelajaran tertentu (konsep, prinsip, ke-terampilan, sikap dan nilai, kreativitas, dan sebagainya). Dengan metodologi ini akan dihasilkan suatu sistem pembelajaran yang me¬manfaatkan sumber-sumber manusiawi dan non manusiawi secara efisien dan efektif. Dalam hal ini, pendekatan sistem merupakan suatu acuan dalam rangka perencanaan dan penyelenggaraan pembelajaran.
Pola pendekatan sistem pembelajaran. Pendekatan sistem pembelajaran disajikan dalam bentuk bagan arus (flow chart). Pada bagan tersebut digambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam sistem, yakni : (1). identifikasi kebutuhan pendidikan dan pe¬latihan (merumuskan masalah), (2). analisis kebutuhan untuk mentransformasikannya menjadi tujuan-tujuan pembelajaran (analisis masalah), (3). merancang metode dan materi pembelajaran (pengem¬bangan suatu pemecahan), (4). pelaksanaan pembelajaran (eksperi¬mental), dan (5). menilai dan merevisi.
Kendatipun pola bagan ini tampaknya bersifat linear, namun sesungguhnya pemecahan masalah tersebut merupakan lompatan--lompatan ke depan berdasarkan pemahaman seketika dan umpan balik untuk mengubah atau memperbaiki langkah-langkah sebelumnya. Sistem berpikir (aplikasi pendekatan sistem) melibatkan kegiatan intelektual (analisis, sintesis, dan evaluasi) pada setiap langkah sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Pada setiap langkah memang ada aturan namun tidak mengatur semua kejadian, melainkan merupakan petunjuk berpikir dan bukan merupakan proses berpikir yang bersifat mekanistik. Jadi kesan seolah-olah penggunaan bagan kurang efektif ternyata tidak benar.

D. Pendekatan Pembelajaran Personal
Pembelajaran secara personal adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran personal, guru memberi bantuan kepada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru member bantuan secara umum. Sebagai ilustrasi, bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam hati dan menulis karangan adalah pembelajaran personal. Pada membaca dalam hati secara personal siswa menemukan kesukaran sendiri-sendiri. ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran personal dapat ditinjau dari segi (i) tujuan pengajaran, (ii) siswa sebagai subjek yang belajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv) program pembelajaran, serta (v) orientasi dan tekanan utama dalam peaksanaan pembelajaran.
Pendekatan ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Pendekatan ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar mengembangkan dirin baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai cara untuk memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong bukan menahan sensivitas peserta didik terhadap perasaanya. Implikasi teori ini dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
2. Tingkahlaku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
3. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
4. Sebagian besar tingkahlaku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri.
5. Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar bagi peserta didik adalah sangat penting.
6. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Ada beberapa model pembelajaran yang termasuk pendekatan ini , diantaranya adalah pengajaran tidak langsung, pelatihan kesadaran, sinektik, system konseptual, dan pertemuan kelas. Dalam pembahasan ini hanya tiga modelyang akan diperkenalkan, yaitu (1) model pembelajaran pengajaran tidak langsung (non-directivet eaching), (2) model pembelajaran pelatihan kesadaran (awareness training), dan (3) model pembelajaran pertemuan kelas (classroom meeting).
1. Model Pembelajaran Tidak Langsung (non-directivet eaching)
Sebelumnya perlu disampaikan bahwa yang dimaksud dengan nondirektif adalah tanpa mengguru. Model pengajaran nondirektif erupakan hasil karya Carl Roger dan tokah lain pengembang konselina nondirektif. Roger mengaplikasikan strategi konseling ini untuk pembelajaran. Ia meyakini bahwa hubungan manusia yang positif dapat membantu indvidu berkembang. Oleh karena itu, pengajaran harus didasarkan atas hubungan yang positif, bukan semata-mata didasarkan atas penguasaan materi ajar belaka.
Model pengajaran tidak langsung (non-directivet eaching) menekankan pada upaya memfasilitasi belajar. Tujuan utamanya adalah membantu siswa mencapai integrasi pribadi, evektivitas pribadi, dan penghargaan terhadap dirinya secara realitas.
Peran guru dalam model pembelajaran ini adalah sebagai fasilitato. Oleh karena itu, guru hendaknya mempunyai hubungan pribadi yang positif dengan siswanya, yaitu sebagai pembimbing bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam menjalangkan perannya ini, guru membantu siswa menggali ide atau gagasan tentang kehidupannya, lingkungan sekolahnya, dan hubungannya dengan orang lain.
a. Prosedur Pembelajaran
Teknik utama dalam mengaplikasikan model pembelajaran pengajaran tidak langsung adalah apa yang diistilahkan oleh Roger sebagai non-directive Interview atau wawancara tanpa menggurui, yaitu wawancara tatap muka antara guru dan siswa. Selama wawancara guru berperan sebagai kolaourator dalam proses penggalian jati diri dan pemecahan masalah siswa. Inilah yang dimaksud dengan tanpa menggurui (non-directive).
Guru megggunakan teknik wawancara ini untuk membimbing siswa dalam mencari topik-topik pelajaran tertentu yang menarik baginya. Namun demikian, teknik tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang lambat atau memiliki masalah belajar, tetapi dapat pula digunakan untuk siswa yang pintar dan tidakmempunyai masalah belajar yang berarti. Secara singkat model pembelajaran ini dapat membantu siswa memperkuati persepsi terhadap dirinya dan mengevaluasi kemajuan dan perkembangan dirinya.
Kunci utama keberhasilan dalam menerapkan model ini adalah kemitraan antara guru dan siswa. Misalnya, ketika siswa mengeluhkan tentang nilainya yang rendah, guru hendaknya jangan sekali-kali menyelesaikan masalah tersebut dengan menjelaskan bagaimana seharusnya cara belajar yang baik (menggurui), tetapi guru hendaknya mendorong siswa mengekspresikan perasaannya tentang permasalahan yang dihadapi, seperti perasaan tentang sekolah, dirinya, dan orang lain disekitarnya. Ketika ia sudah mengekspresikan semua perasaannya, biarkan siswa itu sendiri menentukan perubahan yang menurutnya tepat bagi dirinya.
Menurut Roger, iklim wawancara yang dilakuakan oleh guru harus memenuhi empat syarat, yaitu (1) guru harus menunjukkan kehangatan dan tanggap atas masalah yang dihadapi siswa serta m emperlakukannya an sebagaimana layaknya manusia, (2) guru harus mampu membuat siswa mengekspresikan perasaannya tanpa tekanan dengan cara tidak memberikan penilaian (mencap salah atau buruk), (3) siswa harus bebas mengekspresiakan secara simbonlis perasaannya dan (4) proses konseling (wawancara) harus bebas dari tekanan.
Secara umum, sebagaimana halnya model pembelajaran lain, model pembelajaran ini jugamemiliki tahapan Rogermengelompokkannya dalam lima tahap.
Tahap pertama, membantu siswa menemukan inti permasalahan yang dihadapinya. Biasanya hal initerjadi diawal wawancara, tetapi kadang terjadi disaat wawancara telah atau sedang berlangsung. Biasanya embatasan masalah yang dihadapi siswa sangat bervariasi tergantung jenis masalah atau siswanya.
Tahap kedua, guru mendorong (memancing ) siswa agar dapat mengekspresikan perasaannya, baik positif maupun negatif. Di samping itu, guru harus mendorong (memancing) siswa agar dapat menyatakan dan menggali permasalahannya. Bagaimana caranya? Yaitu dengan menerima dngan tangan terbuka dan kehangatan serta tanpa memberikan penilaian (mencap jelek atau buruk) terhadapanya.
Tahap ketiga, sisawa secara bertahap mmengembangkan pemahaman (kesadaran) akan dirinya. Ia berusaha menemukan makna dari pengalamannya, menemukan hubungan sebab dan akibat dan pada akhirnya memehami (menyadari) makna dari perilaku sebelumnya. Dalam hal ini, dimana siswa berada dalam tahapan diantara upaya menggali permaslahan sendiri dan upaya memahami perasaannya, guru mendorong siswa untuk membuat perencanaan dan pengambilan keputusan berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Tugas guru angan memberikan alternative, tetapi berusaha membantu mengklarifikasi alternatif –alternatif yang diajukan siswa.
Tahap keempat, siswa melaporkan tindakan (berua alternatif-alternaif pemecahan masalah yang telah dimbilnya pada tahap ketiga diatas). Lebih jauh ia merefleksikan ulang tindakann yang telah diambilnya tersebut, dan berupaya membuatnya lebih baik dan efektif. Keempat tahapan ini dapat terjadi dalam satu seri wawancara atau beberapa kali seri wawancara.

b. Aplikasi
Model pembelajaran pengajaran tidak langsung (tanpa menggurui) bias digunakan untuk berbagai situasi masalah, baik masalah pribadi, social, dan akademik. Dalam masalah pribadi siswa menggali perasaan tentang dirinya. Dalam masalah social, ia menggali perasaan tentang hubungannya dengan orang lain dan menggali bagaimana perasaan tentang diri tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Dalam masalah akademik, ia menggali perasaan tentang kompetisi dan minatnya.
Dari semua kasus diatas, esensi atau muatan wawancara harus bersifat personal, bukn eksternal . Artinya, harus dating dari perasaan, pengalaman, pemahamn dan solusi yang dipilihnya sendiri. Inilah inti dari istilah tidakmenggurui (non-diretive) yang dimaksud oleh Roger.

2. Model Pmbelajaran Pelatihan Kesadaran (Awarenes training)
Model pembelajaran pelatihan kesadaran merupakan suatu model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran manusia. Model ini dikembangkan oleh Milliam Schutz. Ia menekankan pentingnya pelatihan interpersonal sebagai sarana peningkatan kesadaran pribadi (pemahamn diri individu)
Mengapa demikian ? Karena ia percaya bahwa ada empat tipe perkembangan yang dibutuhkan untuk mrealisasikan potensi individu secara utuh, yaitu (1) fungsi tubuh, (2) fungsi personal, termasuk didalamnya akuisisi pengetahuan dan pengalaman, kemamapuan berfikir logis, kreatif dan integrasi intelektual, (3) perkembangan interpersonal, (4) hubungan institusi-institutsi sosial, organisasi social, dan budaya masyarakat. Oleh karena itulah,Schutz inginmengembangkan model pembelajaran untuk memenuhi salah satu dari keempat tipe perkembangan tersebut, yaitu perkembangan interpersonal. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman diri dan kesadaran akan perilaku prang lain sehinngga dapat membantu siswa mengembangkan perkembangan pribadi dan sosialnya.
a. Prosedur Pembelajaran
Kunci utama prosedur pembelajaran model ini didasarkan atas teori encounter. Teori ini menjelaskan metode untuk meningkatkan kesadaran hubungan antar manusia yang didasarkan atasketerbukaan, kejujuran ,kesadaran diritanggung jawab, perhatian terhadap diri sendiri atau orng lain, dan orientasi pada kondisi saat ini.
Model pembelajaran ini terdiri atas dua tahapan. Pertama adalah penyampaian dan penyelesaian tugas. Pada tahapan ini guru memberikan pengarahan tentang tugas yang akan diberikan dan bagaimana melaksanakannya. Tahapan kedua adalah diskusi atau ananlisis tahap pertama. Jadi, intinya siswa diminta melakukan sesuatu (berkaitan dengan teori acounter tadi), setelah itu mendiskusikannya(refleksi bersama) atas apa yang telah terjadi.

b. Aplikasi
Sampai saat ini, masih sangat sedikit sekolah atau guru yang menerapkan model ini. Permainan sederhana dapat dilakukan untuk keperluan ini. Model ini juga dapat dilakukan sebagai selingan yang tidak memakan waktu terlalu banyak. Dalam pelaksanaan diskusi, keterbukaan dan kejujuran menjadi sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan perkembangan emosi.

3. Model Pembelajaran Pertemuan Kelas
Model ini diciptakann berdasarkan terapi realitas yang dipeloporioleh William glasser. Terapi realitas merupakan landasan teori kepribadian yang digunakan untuk terapi tradisional dan dapat diaplikasikan untuk pengajaran . Glasser percaya bahwa permasalahan manusia kebanyakan disebabkan oleh kegagalan mengfungsikan diri dalam lingkungan sosialnya (kegaglan fungsi social). Ia percaya bahwa setiap manusia mempunyai dua kebutuhan dasar yaitu, cinta dan harga diri. Keduanya terjadi dalam hubungan antara satu individu dengan individu yang lain dalam satu lingkungan sosial. Individu mempunyai masalah karena gagal memenuhi kebuthan dasar, yaitu keterikatan (cinta) dan kehormatan (harga diri).
Intinya manusia harus memilki kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain agar dapat mencintai dan dicintai, dihargai dan saling menghargai. Kemampuan ini tidak dapat dilakuaan melalui terapi individu seperti yang ditawarkan oleh para ahli jiwa (psikiater), tetapi melalui konteks kelompok sosial ,seperti lingkungan kelas atau sekolah. Oleh karena itu, Glasser mengaplikasikannya untuk pembelajaran dikelas. Jadi, model pertemuan, (diskusi kelas) adalah model pembelajaran yang ditujukan untuk membangun suatu kelompok sosial yang saling menyayangi, saling menghargai, mempunyai disiplin diri, dan komitmen untuk berperilaku positif.
a. Prosedur pembelajaran
Model pertemuan (diskusi kelas) terdiri atas enam tahap, yaitu (1) menciptakan iklim (suasana) yang kondusif, (2) menyampaaikan permasalah diskusi, (3)membuat penilaian pribadi, (4) mengidentifikasi alternatef tindakan solusi, (5) membuat komitmen, (6) merencanakan tindak lanjut tindakan .
Langkah pertama, merupakan prasyarat pertemuan kelas. Bukan hanya sekedar melakukan pertemuan atau diskusi baru, tetapi lebih jauh membangun suatu kualitas hubungan yang kondusif, hangat, personal, dan terbuka sehingga perasaan dan pendapat semua orang akan dihargai,dierima tampa ada tekanan, rasa takut penghakiman atau penilaian. Setiap orang berbicara atas namanya sendiri dan semua orang hendaknya didorong untuk berpartisipasi.
Langkah kedua, penyampaian masalah yang akan dibahas (didiskusikan) dapat dating dari siswa atau dari guru. Guru hendaknya menghindari adanya siswa yang dijadikan sampel atau contoh. Permasalahan yang diajukan hendaknya yang berkaitan dengan perilaku yang hendak diperbaiki.sebagai contoh, perilaku yang diajukan adalah perilaku berbohong/ ngibul, sebagaimana sering terjadi/ dilakukan oleh siswa. Dalam penyampaian masalah ini, guru tidak harus menyebutkan nama nama siswa yang suka berperilsku ngibul. Setelah permasalahan disampaikan, (langkah ketiga) dua hal yang harus dilakukan oleh siswa yaitu (1) mengidentifikasi konsekuensi jika permasalahan tersebut dilakukan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, dan (2) menjelaskan norma norma social (sebagai rujukan) yang mengaur hal tersebut.
Tujuan langkah ketiga adalah agar semua siswa membuat penilaian pribadi terhadap permasalahan yang diajukan. Untuk kebutuhan ini, mereka perlu memberikan pejelasan mengapa masalah tersebut relevan atau tidak menurut nilai atau norma social yang berlaku.
Dalam tahap keempat, siswa secara lebih dalam mengidentifikasi alternatif-alternaif tindakan soslusi untuk memecahkan masalah tersebut. Hal ini dilanjutkan pada langkah kelima,dimana siswa membuat komitmen bersama untuk mencari alternatif tindakan yang telah dibuat pada langkah sebelumnya.
Tahap terkhir, guru meminta siswa menjelaskan atau melaporkan efektitas dari alternative-alternatif tindakan yang dilakukan. Selanjutnya memberi saran tindakan selanjutnya.

b. Aplikasi
Model pertemuan kelas ini dapat dilakukan maksimal tiga kali dalam sehari. Akan tetapi, biasanya sekali sehari sudah cukup tergantung dari permasalahn yang terjadi .umumnya, pertemuan kelas berlangsung dimana siswa dan guru duduk melingkar dan saling mendekat satu sama lain.
Pada pertemuan pagi hari, sebelum pelajaran kelas dimulai, pertemuan kelas dapat membahas peristiwa-peristiwa yang terjadi kemarin. Atau mungkin merefleksikan kejadian yang terjadi diluar kelas. Siswa dilatih mengkritisi permasalahan, memberikan penilaian pribadi berdasarkan nilai atau norma social yang berlakudan telah dikenalnya serta member ide solusi pemecahannya.
Jika permasalahan yang dibahas berkaitan perilaku siswa didalam kelas, setelah komitmen dibuat harus dilaksanakan dengan serius. Guru harus benar-benar memonitor hal ini. Jika tidak, hasil pertemuan kelas tidak bermakna. Kwatir dianggap hanya main-main belaka.
Model ini dapat diaplikasikan unttuksemua jenis fungsionalisasi, baik social maupun akademik, dan terutama iaplikasikan untuk perkembangan fungsi personal. Dengan demikian, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi lebih bertanggung jawab,punya integrasi, disiplin dan dapat mengarahkan dan memonitor kemajuannya sendiri.

E. Peran Siswa dalam Pembelajaran secara Individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral. Pebelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal, maka siswa memiliki keleluasaan berupa (i) keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri, (ii) kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya, (iii) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, (iv) siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar, (v) siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta (vi) siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.
Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab belajar mengajar. Pada pembelajaran klaskal, tanggung jawab guru dalam membelajarkan siswa cukup besar. Pada pembelajaran secara individual, tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Pebelajar bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri. Timbul soal berikut ; apakah siswa telah memiliki rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri? hal ini terkait dengan perkembangan emansipasi diri siswa. Meskipun demikian pada tempatnya sejak usia pendidikan dasar (6;0-15;0) siswa dididik untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam beajar sendiri.

F. Peran Guru dalam Pembelajaran secara Individual
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa (i) perencanaan kegiatan belajar, (ii) pengorganisasian kegiatan belajar, (iii) penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan (iv) fasilitas yang mempermudah belajar.
Dalam pengajaran klasikal pada umumnya peranan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini tidak terjadi dalam pembelajaran individual. Perenan guru dalam merencanakan kegiatan belajar sebagai berikut : (i) membantu merencanakan kegiatan belajar siswa; dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai kemampuan siswa, (ii) membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan criteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar, (iii) berperan sebagai penasihat atau pembimbing, dan (iv) membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri. sebagai ilustrasi, guru membantu memilih program belajar dengan suatu modul.
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagai berikut: (i) memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topic tertentu, (ii) membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan, (iii) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media, dan sumber, (iv) membagi perhatian pada sejumlah pebelajar, menurut tugas dan kebutuhan pebelajar, (v) memberikan balikan terhadap setiap pebelajar, dan (vi) mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja; unjuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan evaluasi kemajuan belajar.
Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar.

G. Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual
Program pembelajaran individual merupakan usaha mem¬perbaiki kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program pembelajaran individual lebih efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampnk kurang efisien. Jumlah siswa sebesar empat puluh orang mem inta perhatian besarguru, dan hal itu akan melelahkan guru.
Dari segi usia perkembangan pebelajar, maka program pem¬belajaran individual cocok bagi siswa SLTP ke atas. Hal ini disebabkan oleh (i) umumnya siswa sudah dapat membaca dengan baik, (ii) siswa mudah memahami petunjuk atau perintah dengan baik, dan (iii) siswa dapat bekerja mandiri dan bekerja sama dengan baik.
Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok untuk diprogramkan secara indr idual. Bidang studi yang dapat diprogramkan secara individual adalah pengajaran bahasa, matematika, IPA, dan IPS bagi bahan ajaran tertentu. Bagi bidang studi musik, kesenian, dan olah raga yang bersifat perorangan, juga cocok untuk program pembelajaran individual.
Program pembelajaran individual dapat dilaksanakan secara efektif, bila mem pert imbangkan hal-hal berikut, (i) disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. (ii) tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa, (iii) prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa, (iv) kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa, dan (v) keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti siswa.

H. Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada setiap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu. Dalam menciptakan pembelajaran individual, rencana guru berbeda dengan pengajaran klasikal. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan diskusi. Guru berperan sebagai guru pendidik, bukan instruktur.




















DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2009 . Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung
Budiastara, K. (2003), Pendekatan Generatif dalam Pembelajaran Kini. (Online). Tersedia: hhtp:/:www.ut.ac.id/ol-supp/FKIP/ PAK 14471/Modu.html (2-4-03).

H. Abdul Azis Wahab. 2009. Metode ddan Model-Model Mengajar. Alfabeta. Bandung
Hamzah B Uno. 2009. Model Pembelajaran, menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Bumi aksara. Jakarta
Joyce, B. dkk. (2000), Models of Teaching, London: Allyn & Bacon. Natawidjaya, R. & Alimin, Z. (1996), Penelitian Bagi Guru Pendidikan Luar Biasa, Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.



1 komentar to "PENDEKATAN PEMBELAJARAN PERSONAL"

Posting Komentar

my photo

my photo

Cari Blog Ini

Selamat datang di CHUMMANK BLOG

Blog ini dapat menjadi solusi konkrit bagi anda semua, utamanya sebagai bahan referensi

PROPILKU

makassar, sulawesi selatan

Pengikut

Label

Blog Archive

Web hosting for webmasters