HUBUNGAN GEOGRAFI DENGAN INDUSTRI PARIWISATA (ditinjau dari Aspek keruangan,kelingkungandan kewilayahan)
- C.C Huntington : Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji hubungan timbalbalik antara manusia dengan lingkungannya. Esensi geografi dan cabang-cabangnya adalah manusia, distribusi dan aktifitasnya yang dikaji dalam kaitannya dengan lingkungan fisiknya.
- Richard Hartsshorne, 1960 : Geografi adalah sebagai bidang ilmu yang mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter variable dari suatu tempat ke tempat lain sebagai dunia tempat kehidupan manusia.
- Williams, 1976 : Geografi adalah suatu studi yang berkenaan dengan kenyataan-kenyataan yang dialami oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya yang dapat dihayati sebagai kesatuan hubungan antara factor-faktorgeografis denganummat manusia yang telah dimodifikasi, diubah dan diadaptasikanoleh tidakan manusia sendiri.
- Vernor C.Vinch dan Glenn T. Trewarhta: Geografhy is the scienceof the earth surface, it counsists of systematic description and interpretation of the distribution of things on the face of the earth.
- Sumber Daya Alam yang Tidak dapat Diperbaharui (Nonrenewable resources), Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya alam yang apabila sudah digunakan secara terus menerus, akan habis dan musnah serta tidak dapat dihasilkan sendiri oleh manusia. Contohnya mineral logam, mineral bukan logam, dan mineral penghasil energi.
- Sumber Daya Alam yang dapat diperbaharui (Renewable Resources), Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah sumber daya alam yang apabila digunakan terus menerus Dalam jangka waktu tertentu akan kembali seperti semula dan dapat digunakan lagi. Contohnya tanah, air, tumbuh – tumbuhan dan hewan.
- Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diganti (Nonreplaceable), Sumber daya alam yang tidak dapat diganti adalah, sumber daya alam yang dipakai sekali habis, contohnya: Minyak bumi. Menurur proses terbentuknya, sumber daya alam dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sumber daya fisik, biotic, dan lingkungan alam.
- Sumber Daya Alam Lestari yaitu sumber daya yang selalu ada dan berkelanjutan. Contohnya, sinar mata hari, air, hujan, sungai, ombak, angin, dan air laut. Berdasarkan asal proses pembentukannya, sumber daya alam dibedakan menjadi sumber daya fisik, biotik,dan lingkungan
- Biji besi dihasilkan di Cilacap (Jawa tengah) , Cilegon (Banten), gunung Tegak (Lampung), Lengkabana dan Longkana (Sulawesi Tengah) Pulau Sebuku dan Suwang (Kalimantan Selatan) . Biji besi diolah oleh PN Aneka tambang di Cilacap Jawa Tengah dan PT Krakatau Steel di Cilegon Jawa Barat.
- Bauksit dihasilkan di pulau Bintan (Riau) , Singkawan (Kalimantan Barat ) dan Kalimantan Tengah
- Mangan dihasilkan di Kliripan (Yogyakarta) , Tasikmalaya (Jawa Barat), Lampung, Maluku , NTB , dan Sulawesi Utara.
- Nikel dihasilkan di Kalimantan Barat, Maluku , Papua, Sulawesi Selatan , Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
- Timah dihasilkan da Bangkinang ( Riau), Dabo pulau Singkep , Manggar ( Pulau Belitung) , dan Sungai Liat (Pulau Bangka ).
- Tembaga Dihasilkan di Cikitok (Jawa Barat ), Kompara (papua), sangkarapi (Sulawesi selatan), dan Tirmaya (Jawa Tengah).
- Emas dan perak dihasilkan di Bengkalis (sumatera), Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara), Cikotok (Jawa Barat), Logos (Riau), dan Rejang Lebong (Bengkulu).
- Aspal dihasilkan.di pulau Buton (Sulawesi Tenggara) dan permigan Wonokromo (Jawa Timur)
- Fosfat dihasilkan di Bogor, Panggandaran (Jawa Barat), Gombong, Purwokerto, Jepara, Rembang, dan Bojonegoro
- Garam dihasilkan di Pulau Madura
- Garam batu dihasilkan di Kepulauan Kei.
- Gips dihasilkan di Cerebon, Rembang, NTB, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.
- Intan dihasilkan di Kalimantan Selatan, tempat pengesahannyanya di Martapura.
- Marmer dihasilkan di Besok daerah Wajak, Tulungagung (Jawa Timur), DIY, papua, Lampung, dan Sumatera Barat.
- Yodium dihasilkan di Semarang (Jawa Tengah) dan Jombang (Jawa Timur).
- Mineral Energi
- Minyak bumi dihasilkan di Babo (Papua), Cepu (Jawa Tengah), Delta Sungai Brantas (Jawa Timur), Dumai (Riau), Kembatin (Kalimantan Tengah), Kepulauan Natuna (Riau), Klamono (Papua), Peureulak (Jawa Barat), Plaju (Sumatera Selatan), dan Surolangun (Jambi).
- Batu bara dihasilkan di Bukitasam yang terpusat di Tanjungenim (Sumatera Selatan), Sungai Berau yang berpusat di Samarinda (Kalimantan Timur), dan Umbilin yang berpusat di sawah Lunto (Sumatera Barat).
- Gas Alam dihasilkan di Arun ( Aceh), Bontang (Kalimantan), Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.
- Produksi kebun atau produksi primer adalah paroduksi atau hasil yang dipanen dari usaha perkebunan tanpa melalui proses lebih lanjut. Misalnya, dari perkebunan karet produksi primernya berbentuk latex dan lumb.
- Produksi olahan pada umumnya mempunyai unit pengolahan sendiri sehingga produksi yang dipasarkan sudah dalam bentuk barang hasil olahan. Produk olahan adalah produksi primer yang telah diolah menjadi suatu bentuk barang jadi atau barang setengah jadi sehingga nilai ekoomisnya lebih tinggi.
- Kebun inti adalah kebun yang dibangun oleh perusahaan perkebunan dengan kelengkapan fasilitas pengolahan, dimiliki oleh perusahaan tersebut, dan dipersiapkan menjadi pelaksana perkebunan inti rakyat.
- Kebum Plasma adalah kebun yang dibangun dan dikembangkan oleh perusahaan perkebunan (kebun inti) serta ditanami dengan tanaman perkebunan.
- Perusahaan perkebunan adalah suatu perusahaan berbentuk badan usaha atau badan hokum yang bergerak dalam kegiatan budi daya tanaman perkebunan di atas lahan yang dikuasai dengan tujuan ekonomi atau komersial dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang. Usaha budidaya tanaman perkebunan di luar bentuk badan usaha seperti yang diusahakan oleh rumah tangga petani tidak temasuk dalam konsep ini dan biasanya disebut usaha perkebunan rakyat.
- Pengembangan wilayah dengan pendekatan pengembangan ekosistem, yaitu penatan ruang dilakukan dengan pendekatan secara terpadu dan terkoordinasi,berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
- Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan sektor lainnya untuk memberikan nilai efisiensi yang tinggi danpercepatan pertumbuhan ekonomi wilayah
- Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional, wilayah dan lokal. Pada tingkat nasional sektor pariwisata harus berperan sebagai prime mover dan secara interaktif terkaitdengan pengembangan sektor-sektor lainnya.
- Pengembangan pariwisata harus diupayakan dapat melibatkan seluruh stakeholder. Dalam konteks ini peran masyarakat terlibat dimulai sektor hulu (memberikan kegiatan produksi yang ekstraktif) sampai dengan kegiatan hilir (kegiatan produksi jasa).
- Pemanfaatan rencana pengembangan wilayah secara nasional yang dalam halini harus terkait dengan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Di dalam RTRWN ini diberikan arahan-arahan fungsi lindung danbudidaya. Kawasan lindung dapat dioptimalkan juga sebagai kawasan yang memberikan dukungan bagi kegiatan pengembangan pariwisata (foretstourism) dan kawasan budi daya memberikan alokasi-alokasi ruang untuk pngembangan pariwisata, tertutama dengan kawasan-kawasan andalan dengan sektor unggulannya adalah pariwisata.emanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dankeamanan. Berdasarkan hal tersebut, makalah ini bertujuan untuk memaparkan dukungan penataan ruang dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan di Indonesia.
- Partisipasi aktif para pemilik tanah dalam proses perencanaan dan penataan bentuk, luas dan letak.
- Setiap bidang tanah ditata kembali agar memperoleh akses jalan dan adil dalam memperoleh mamfaat konsolidasi.
- Adil dalam pengorbanan yang diwujudkan dalm bentuk pengurangan luas kaveling tanah. Pengurangan luas kaveling untuk pengadaan tanah untuk prasarana dapat dihitung berdasarkan persentase luas apabila harga tanahnya seragam. Apabila harga tanah tidak seragam maka lebih adil dihitung berdasarkan kesetaraan nilai tanah.
- Adanya keseimbangan antara pengorbanan peserta konsolidasi dengan peningkatan manfaat lingkungan dan nilai tanah setelah kosolidasi tanah terlaksana.
- Pengamanan baik atas tanah dengan pembuatan sertifikat tanah.
- Peningkatan kualitas lingkungan untuk memenuhi kebutuhan akan lingkungan yang teratur, tertib, da sehat.
- Peningkatan harga tanah meningkatkan asset pribadi.
- Memperoleh kepastian hak atas tanah dengan diterbitkannya sertifikat tanah.
- Peneyediaan tanah untuk perasarana jalan dan fasilitas lingkungan di lakukan secara swadaya masyarakat sehingga tidak membebani anggaran pemerintah (daerah).
- Peningkatan harga tanah meningkatkan pemaukan pajak bagi pemerintah melalui PBB.
- Terciptanya lingkungan kota yang lebih teratur, tertib, dan sehat.
- Menertibkan administrasi pertanahan.
- Pemadatan jumlah bangunan pada daerah yang sudah terbangun, yaitu pembangunan rumah pada kaveling-kaveling kosong diantara bangunan rumah yang sudah ada lebih dulu.
- Perkembangan daerah baru untuk perumahan biasanya msayarakat memecah bidang tanah pertanian daerah pinggiran kota dan mengubahnya menjadi bangunan rumah.
- Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pengembang perumahan., biasanya mencakup areal yang cukup luas (sekitar 2 ha).
- Penyediaan lingkungan siap bangun dan penyediaan kaveling .
Melacak Akar Legalitas Privatisasi Pendidikan di Sulawesi Selatan Melalui Pendidikan Gratis dan Badan Hukum Pendidikan
A. PENDAHULUAN
Suatu kekeliruan bagi setiap cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dalam penerapannya tidak memahami dan menerapkan hakikat dan konsep geografi. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa cabang ilmu pengetahuan empiris yang masing-masing mempelajari gejala (phenomena) di permukaan bumi tanpa memahami dan peduli sistem interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia pasti akan membuat kerusakan di muka bumi. Ilmu pengetahuan ekonomi misalnya yang sangat erat kaitannya dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia. sepanjang sejarahnya hingga kini, belum mampu menawarkan kepastian-kepastian, bahkan sering berhadapan dengan ketidak pastian dalam usahanya mensejahterakan manusia. Bahkan di satu sisi ilmu ekonomi telah melahirkan teknik-tehnik (trik-trik) bagi manusia untuk berbuat serakah dalam mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Para ahli ekonomi masih terperangkap dalam pertarungan ideologi dan sistem ekonomi politik, kapitalisme dan sosialisme.
Matematika dan ilmu-ilmu pengetahuan alam (MIPA) murni yang miskin (Poor Sciences) hanya dapat berbuat “onani” dalam menikmati teori-teorinya sendiri. Justru temuan-temuannya dimanfaatkan oleh bidang-bidang ilmu lain, maka ia pun “impoten”. Teknologi industri, misalnya, yang memanfaatkan teori-teori dan temuan MIPA yang diharapkan akan mengurangi waktu kerja, menikmati waktu senggang, menghemat biaya dan meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan manusia, justru telah membuat manusia mengurangi waktu tidurnya dan mengeksploitasi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia secara serampangan, menempatkan manusia dalam kegelisahan. Lingkungan hidup tempat (space) manusia membangun kesejahteraan itu telah dan sedang diproses kerusakannya. Ketimpangan-ketimpangan antar wilayah, pertentangan Utara-Selatan, negara-negara kaya versus negara-negara miskin, kapitalis versus sosialis menjadi fenomena yang sudah mencemaskan.
Penguasa-penguasa dan para ahli di Indonesia sendiri sedang “lupa” kalau citra Wilayah Indonesia adalah kepulauan dan kelautan, sehingga tidak peduli lagi bahwa kebedaan gejala antar region, antar kawasan atau antar pulau-pulau itu hanya dapat disatukan dalam inplementasi prinsip (konsep) interrelasi, interaksi, dan interdepedensi bagian permukaan bumi itu dengan manusia yang hidup di dalamnya. Kebahagiaan yang diharapkan sebagai tujuan murni ilmu pengetahuan tetap hanya ada dalam impian. Dan kekecewaan serta kecemburuan sosial antar region di negara kepulauan maritim ini sedang mengarah kepada desintegrasi bangsa ini.
Sementara itu, suatu hal yang sering terjadi dalam mengajarkan geografi di sekolah adalah adanya “kesan”, seolah geografi sebagai mata-pelajaran “gampangan” yang dapat diberikan (diajarkan) oleh siapa saja tanpa pendidikan kegeografian. Akibatnya, geografi seakan-akan menjadi pelajaran hafalan tanpa makna, yaitu pelajaran tentang daftar panjang kota-kota, gunung-gunung, sungai-sungai, laut-laut, selat-selat, suku-suku bangsa dan sebagainya tanpa kemampuan melihat dan menjelaskan hubungan fungsional interrelasi, interaksi, dan interdepedensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia. Padahal, sesungguhnya aspek-aspek nyata dalam persepsi abstrak ini merupakan substansi yang esensial (hakiki) dalam konsep-konsep geografi dimana pendekatan deduktif, induktif dan reflective thingking terhadap obyek studi geografi sebagai ilmu pengetahuan menjadi utuh. Dalam hal ini, aspek ontologis, epistemologis dan aspek aksiologis dalam ilmu geografi merupakan suatu keutuhan (kesatuan pandang) dalam mengkaji setiap gejala di permukaan bumi dari sudut pandang studi geografi sebagai ilmu pengetahuan yang bermakna dan bernilai guna.
Jika berbagai cabang ilmu pengetahuan telah berkembang sendiri-sendiri, mendalam dan meluas atau tinggi mengangkasa; apakah itu ilmu pengetahuan eksak maupun non-eksak, maka yang dapat menjembatani keterpisahan dan kebedaan itu adalah keilmuan geografi. Karena, seperti kata Preston E. James (1959), “Geography has sometimes been called the mother of sciences, since many fields of learning that started with observations of the actual face of earth turned to the study of specific processes wherever they might be located.”Kalau ada yang mengatakan bahwa filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan, maka katakan, “bahwa filsafat hanya mampu merenung di tempatnya dan menyampaikan pesan; filsafat itu hanya mengurung diri untuk menjelaskan dunia. Filsafat hanya sampai di ambang dunia tetapi tidak mendunia”. Adalah geografi yang menyatukan rasio, emosi (moral) dan empiris ke dalam tindakan nyata di ruang muka bumi ini.”Geografi tetap konsisten dengan obyek studinya yaitu melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Geografi pun mengajarkan kearifan teknologi dalam mengelola alam lingkungan hidupnya manusia.
B. BATASAN PENGERTIAN ILMU GEOGRAFI
Pengertian ilmu geografi tidak bertitik tolak dari pokok atau prinsip ilmiah, melainkan usaha penyederhanaan dalam kepraktisan pemahamannya. Oleh karena itu antara bidang ilmu geografi satu dengan yang lain biasa terdapat pertindihan (Overlap). Berbeda halnya dengan defenisi harus memperhatikan adanya unsure-unsur penduduk, tempat, pola dan proses (Ginsburg, 1988 : 615). Sedangkan menurut Sandy (1972 : 11) definisi geografi yang baik harus memenuhi kaidah-kaidah : (a) Syarat definisi, (b) dapat mencakup semua cabang geografi yang ada.
Beberapa pengertian geografi menurut beberapa ahli, sebagai berikut :
• Elsworth Huntington : Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Esensi dari seluruh (semua) geografi adalah manusia dan aktifitasnya yang dikaji dalam kaitannya dengan lingkungannya.
• C.C Huntington : Geografi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji hubungan timbalbalik antara manusia dengan lingkungannya. Esensi geografi dan cabang-cabangnya adalah manusia, distribusi dan aktifitasnya yang dikaji dalam kaitannya dengan lingkungan fisiknya.
• Richard Hartsshorne, 1960 : Geografi adalah sebagai bidang ilmu yang mencari penjelasan dan interpretasi tentang karakter variable dari suatu tempat ke tempat lain sebagai dunia tempat kehidupan manusia.
• Williams, 1976 : Geografi adalah suatu studi yang berkenaan dengan kenyataan-kenyataan yang dialami oleh seseorang dalam perjalanan hidupnya yang dapat dihayati sebagai kesatuan hubungan antara factor-faktorgeografis denganummat manusia yang telah dimodifikasi, diubah dan diadaptasikanoleh tidakan manusia sendiri.
• Vernor C.Vinch dan Glenn T. Trewarhta: Geografhy is the scienceof the earth surface, it counsists of systematic description and interpretation of the distribution of things on the face of the earth.
• Sedangkan defenisi geografi berdasarkan Semiloka IKIP Semarang,1988 : Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan-persamaan, perbedaan-perbedaan, dan keterkaitan fenomena-fenomena geosfer dalam konteks keruangan, kelingkungan dan teks kewilayahan. Fenomena geosfer mencakup fenomena-fenomena litosfer, hidrosfer, biosfer dan antropofer.
C. HAKIKAT GEOGRAFI
Dalam filsafat ilmu pengetahuan ditegaskan bahwa suatu pengetahuan yang sistematis disebut ilmu pengetahuan bila memiliki sekurang-kurangnya tiga aspek, yaitu aspek ontologis, aspek epistemologis dan aspek aksiologis atau aspek fungsional. Hakikat Geografi sebagai ilmu pengetahuan dapat ditelusuri melalui kaitan bagian permukaan bumi dengan kehidupan manusia.
1. Aspek Ontologis
Aspek ontologis suatu disiplin ilmu pengetahuan menghendaki adanya rumusan (batasan) mengenai obyek studi yang jelas dan tegas sehingga menunjukkan perbedaan dengan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, Geografi merupakan studi tentang :
(1) Bentangan atau landskap.
(2) Tempat-tempat (jenis, Lukerman).
(3) Ruang, khususnya yang ada pada permukaan bumi (E. Kant).
(4) Pengaruh tertentu dari lingkungan alam kepada manusia (Houston, Martin).
(5) Pola-pola ruang yang beraneka ragam (Robinson, Lindberg, dan Brinkman).
(6) Perbedaan wilayah dan integrasi wilayah (Hartshorne).
(7) Proses-proses lingkungan dan pola-pola yang dihasilkannya (Barlow-Newton).
(8) Lokasi, distribusi, interdependensi, dan interaksi dalam ruang (Lukerman).
(9) Kombinasi atau paduan, konfigurasi gejala-gejala pada permukaan bumi
(Minshull).
(10) Sistem manusia-lingkungan.
(11) Sistem manusia-bumi (Berry).
(12) Saling hubungan di dalam ekosistem (Morgan, Moss).
(13) Ekologi manusia.
(14) Kebedaan areal dari paduan gejala-gejala pada permukaan bumi (Hartskorus).
Ini berarti bahwa aspek ontologis geografi mencakup interrelasi, interaksi, dan interdependensi bagian permukaan bumi (space, area, wilayah, kawasan) itu dengan manusia. Pengertian bagian permukaan bumi itu mencakup juga lingkungan fauna, flora, dan biosfer. Unsur ruang atau wilayah atau tempat itulah yang menjadi perhatian geografi sejak dulu. Tidak ada disiplin ilmu lain yang memperhatikan fakta tentang ruang, yang justru penting sebagai tempat dari aneka ragam gejala dan kejadian di permukaan bumi kita ini. Geografi memperhatikan ruang (space) dari sudut pandangan wilayah “an sich” dan bukan dari sudut pandangan gejala-gejala yang terhimpun di dalamnya. Hal tersebut yang membedakan geografi dari ilmu-ilmu lain. Maka analisis tentang “area yang kompleks” merupakan bagian perhatian utama dari geografi.
Pada hakikatnya, Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang menjadi komponen tiap aspek tadi. Geografi sebagai satu kesatuan studi (unified geography), melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insaniah pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala—interaksi—integrasi keruangan, menjadi hakekat kerangka kerja utama pada Geografi dan Studi Geografi (Sumaatmadja).
Dalam perkembangannya, dengan obyek studi geografi tersebut melahirkan ilmu pengetahuan Geografi Fisis (Physical Geography), Geografi Manusia (Human Geography), dan Geografi Regional (Regional Geography); dengan berbagai anak cabangnya masing-masing.
2. Aspek Epistemologis
Aspek epistemologis (metodologis, pendekatan) geografi sejalan dengan aspek epistemologis ilmu pada umumnya, yaitu penggunaan metodologi ilmiah dengan pemikiran deduktif, pendekatan hipotesis, serta penelaahan induktif terutama di dalam tahap verifikasi. Pendekatan deduktif analisis geografi bertitik tolak dari pengamatan secara umum, yaitu dari postulat, dalil atau premis yang dianggap sudah diakui secara umum. Kemudian dari hasil pengamatan secara umum ini diambil kesimpulan secara khusus (reasoning from the general to the particular). Pola pendekatan induksi-empiris berpangkal tolak dari pengamatan dan pengkajian yang bersifat khusus, berdasarkan fakta dari gejala yang diamati dan dari sini diambil suatu kesimpulan secara umum (reasoning from the particular to the general). Dengan metode induksi-empiris saja, maka hukum-hukum, dalil-dalil dan teori-teori geografi hanya berlaku di suatu tempat dan waktu-waktu tertentu, sebab hukum, dalil maupun teori geografi sangat tergantung pada kondisi lingkungan setempat. Untuk menjembatani kedua pendekatan yang berbeda ini geografi menggunakan metode pendekatan reflective thingking; yaitu menggunakan atau menggabungkan pendekatan dedukif dan induktif secara hilir-mudik dalam penelitian geografi.
Terdapat tiga macam cara untuk menyelidiki realita pada permukaan bumi (menurut Kant, Hettner, Hartshorne):
a. Secara sistematis; yaitu mencari penggolongan, ketegori, kesamaan dan keadaan dari gejala-gejala yang ada pada permukaan bumi. Terjadilah ilmu-ilmu seperti biologi, fisika, kimia (tergolong ilmu-ilmu pengetahuan alam), dan ilmu-ilmu seperti sosiologi, psikologi, ekonomi, politik (tergolong ilmu-ilmu pengetahuan sosial).
b. Secara kronologis (chronos = waktu); yaitu menyelidiki gejala-gejala pada permukaan bumi dalam urutan-urutan waktu (palaeontologi, arkeologi, sejarah).
c. Secara korologis (choora = wilayah); yaitu menyelidiki gejala-gejala dalam hubungannya dengan ruang bumi (geografi, geofisika, astronomi).
Dari ketiga macam pendekatan tersebut, ilmu geografi menggunakan (mengutamakan) pendekatan korologis. Penggunaan peta adalah wujud dari pendekatan korologis ini. Sehingga ada ahli geografi yang berkata, “Geografer adalah orang yang bekerja dengan peta untuk menghasilkan peta.”
Orang yang berkecimpung dalam bidang geografi, sekurang-kurangnya harus melakukan dua jenis pendekatan, yaitu yang berlaku pada sistem keruangan [korologis] dan yang berlaku pada ekologi atau ekosystem. Bahkan untuk mengkaji perkembangan dan dinamika suatu gejala dan atau suatu masalah, harus pula menggunakan pendekatan historis atau pendekatan kronologis (Sumaatmadja, 1981)
3. Aspek Aksiologis
Adapun aspek aksiologi geografi adalah mengikuti pendekatan fungsional untuk kesejahteraan manusia. Keterlibatan geografi dengan aspek-aspek bidang studinya tersebut membuatnya menjadi cabang ilmu yang berfungsi menjelaskan, meramal, dan mengontrol yang diaplikasikan ke dalam Perencanaan dan Pengembangan wilayah. Aspek aksiologi ilmu pengetahuan geografi ini melahirkan Geografi Terapan.
a. Menjelaskan
Geografi harus dapat memberikan penjelasan tentang gejala-gejala obyek studinya. Fungsi menjelaskan memungkinkan orang akan mengerti akan gejala-gejala, bagaimana adanya (deskriptif) dan terjadinya serta mengapa itu terjadi (analisis kausalitas). Penalaran dengan logika deduktif dan induktif merupakan sarana dalam memberikan penjelasan itu. Penjelasan itu dapat dilakukan secara kualitatif dan secara kuantitatif. Sistem Informasi Geografis (SIG atau GIS = Geographic Information System) adalah inplikasi dari fungsi-fungsi menjelaskan data dari gejala geografis.
b. Meramal
Geografi harus dapat meramal (memprediksi) gejala-gejala yang mungkin akan terjadi ke depan. Fungsi meramal ini bertolak dari penjelasan yang telah diberikan dan yang melahirkan pengertian pada orang lain. Dengan pengertian itu orang dapat berbuat sesuatu, memanfaatkan gejala, menghindarinya, mencegah terjadinya atau pun mengurangi ekses yang mungkin merugikan sebagai akibat terjadinya gejala itu. Dengan pengertian ini, orang juga bisa membayangkan apa kira-kira yang akan terjadi apabila suatu gejala tertentu muncul.
c. Mengontrol
Geografi harus dapat mengontrol gejala-gejala. Ramalan dalam geografi, seperti juga dalam disiplin ilmu yang lainnya, memberikan stimuli bagi seseorang untuk mengambil inisiatif atau pun mempertimbangkan berbagai alternatif. Karena ramalan itu juga orang dapat mengatur segala sesuatu untuk mendorong terjadinya, menyambutnya, menghindarinya, mencegahnya, atau pun mengatasinya.
Dengan hakekat demikian, maka geografi berperan untuk penyebaran efektif, pemanfaatan potensi sumberdaya, dan perbaikan lingkungan dengan segala dampaknya. Gerakan perbaikan kependudukan dan lingkungan hidup adalah salah satu manifestasi dari fungsi mengontrol untuk menghindari, mencegah atau mengatasi masalah yang sedang dan akan di hadapi di muka planet bumi ini. Demikian juga dengan penerapan pendekatan geografi dalam perencanaan dan pengembangan wilayah.
Aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis geografi seperti ini mempermudah geografi membatasi dirinya sendiri dalam lingkup yang jelas.
Apabila ada yang membedakan ilmu dan pengetahuan menjadi kelompok ilmu-ilmu pengetahuan alam dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial, maka kedudukan geografi adalah menjembatani kedua kelompok ilmu tersebut. Kalau “semua” gejala pada permukaan bumi telah dipilih dan ditekuni oleh berbagai disiplin ilmu (selain Geografi), maka tempat atau ruang atau area di mana segala kejadian dan gejala itu terhimpun, tetap tidak menjadi perhatian ilmu-ilmu tersebut.
Temanku
my photo
Cari Blog Ini
Selamat datang di CHUMMANK BLOG
PROPILKU
Pengikut
Label
- artikel (1)
- geografi (5)
- pendidikan (10)
- penelitian (2)